oleh

Ahmad Muzani Nilai Permintaan Maaf Presiden Jokowi Wajar, Luhur dan Mulia

Jakarta – Wakil Ketua MPR RI Ahmad Muzani menganggap permintaan maaf Presiden Jokowi kepada seluruh masyarakat Indonesia jelang berakhirnya masa baktinya pada Oktober 2024 mendatang sebagai hal yang wajar.

“Ya memang kami menyaksikan semua seluruh rakyat bangsa Indonesia dalam rangka peringatan HUT RI sebagai tradisi sejak pemerintahan Jokowi sebagai presiden dilakukan istighosah di halaman istana dan dalam kesempatan itu Presiden Jokowi menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh bangsa Indonesia selama beliau memimpin sebagai presiden,” kata Muzani kepada para awak media di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (5/8/2024).

Menurut Muzani, Presiden Jokowi sebagaimana halnya umat manusia tidak luput dari khilaf dan salah, oleh karenanya srluruh masyarakat seharusnya menerima permintaan maaf Jokowi.

“Kita ini manusia biasa, presiden juga manusia biasa, tempat salah, tempat lupa, tempat khilaf dan tentu saja tempat alpa. Dan kita adalah orang yang tidak akan berkuasa, tidak akan selamanya hidup pasti kita akan mengakhiri dari proses itu. Itu adalah hukum alam, itu adalah hukum dunia yang sudah semua kita tahu,” ujar Sekjen Partai Gerindra ini.

Muzani menegaskan, meminta maaf adalah tindakan yang luhur dan mulia.

“Memberi maaf atas permintaan maaf itu adalah tindakan yang luhur dan mulia, tetapi lebih luhur dan mulia lagi adalah memberi maaf sebelum yang bersangkutan menyampaikan permohonan maaf. Kita akan mengambil posisi di mana? Meminta maaf, memberi maaf, atau memberikan maaf sebelum ada permintaan maaf,” tutur Muzani.

Muzani mengingatkan, tidak ada kata terlambat untuk memberi maaf dan memohon maaf.

“Tidak ada kata terlambat. Meminta maaf juga tidak ada kata terlambat, kapan saja kita bisa menyampaikan permohonan maaf, kapan saja kita bisa memaafkan. Persatuan dan kesatuan kebersamaan, di sini ujiannya,” ucap Muzani.

Legislator asal Dapil Lampung 1 itu menambahkan, memaafkan dan meminta maaf merupakan upaya untuk terus merajut kebersamaan, persatuan, dan kerukunan.

“Karena di situ ketersinggungan kita, kejengkelan kita harus dikubur dalam-dalam, harus dilupakan untuk kita menyampaikan permohonan maaf dan kita memaafkan atas semua kejengkelan, mungkin kekeliruan di antara kita. Ini adalah ujian kebersamaan, persatuan, kerukunan yang harus terus kita pelihara dan kita junjung tinggi,” pungkas Ahmad Muzani. (Red/Arif)

Bagikan

Baca Juga