Distrik Omukia, Kab. Puncak – Di tengah dinginnya kabut pegunungan Papua dan sunyinya malam yang diliputi kecemasan, Satgas Yonif 700/Wira Yudha Cakti melalui Pos Eromaga kembali membuktikan bahwa keberadaan TNI bukan hanya tentang senjata, tetapi tentang hati.
Puluhan warga Kampung Eronggobak, Distrik Omukia, terpaksa meninggalkan honai mereka. Ancaman kelompok separatis bersenjata pimpinan Papuanus telah menghancurkan ketenangan hidup masyarakat. Sejumlah warga menjadi korban penembakan hanya karena berani keluar dari rumah untuk mencari nafkah atau air bersih.
Ketika semua terasa gelap, Pos Eromaga menjadi cahaya. Warga yang mengungsi dengan ketakutan datang meminta perlindungan kepada prajurit-prajurit TNI yang berdiri di garis depan. Danpos Eromaga, Letda Inf Sudirman Kareba, tidak tinggal diam. Ia tak hanya membuka pintu pos, tetapi juga membuka hatinya.
Dalam balutan kesederhanaan namun sarat kehangatan, para prajurit membawa bantuan makanan – nasi hangat dan indomie rebus – bukan sekadar untuk mengisi perut, tetapi untuk menyambung semangat. Di tengah gelapnya malam Papua, mereka duduk melingkar, menyantap kebersamaan yang sederhana namun penuh makna.
Sebelum sendok menyentuh piring, kegiatan makan bersama dibuka dengan doa dan puji-pujian. Suara lirih penuh harapan dipimpin oleh Pratu Dandi Fernanda menggema pelan, menyatu dengan hembusan angin pegunungan dan wajah-wajah penuh syukur para pengungsi. Tangan menengadah, mata terpejam, dan hati terpaut dalam satu harapan: perdamaian.
Momen itu bukan sekadar makan bersama. Itu adalah bukti nyata bahwa TNI hadir bukan hanya untuk menjaga perbatasan, tetapi juga menjaga hati rakyat. Bahwa dalam setiap langkah prajurit, ada cinta, kepedulian, dan pengorbanan.
“Kami mungkin hanya bisa memberi nasi dan indomie, tapi kami berikan dengan sepenuh hati. Karena rakyat adalah ibu kandung TNI,” ucap Letda Inf Sudirman dengan mata berkaca.
Di tanah yang selalu menjadi berita karena konflik, Satgas Yonif 700/WYC menulis kisah lain: kisah tentang kepahlawanan tanpa peluru, kemanusiaan dalam seragam loreng, dan harapan di tengah derita. Sebuah sinema nyata, di mana pelindung negeri benar-benar hadir untuk mereka yang terluka oleh keadaan.
(Kontributor: Arif)