PB|Surabaya – Pada hari terakhir Latihan Sea Survival Prajurit KRI Koarmada II yang diikuti oleh Tim Satuan Kapal Selam (Satsel) A, Tim Satuan Kapal Bantu (Satban) A dan Tim Satuan Kapal Cepat (Satkat) melanjutkan lomba sea survival dari KRI Teluk Sampit-515 yang lego jangkar di Selat Madura. Surabaya. Rabu, (18/07/2018).
Kemampuan bertahan diri seorang manusia dari lingkungan bisa berasal dari dirinya yang merupakan proses berlatih maupun insting seorang prajurit TNI Angkatan Laut. Jungle dan Sea Survival merupakan dua contoh mekanisme bertahan manusia terhadap lingkungan sekitar yang bukan habitat aslinya. Adapun faktor-faktor yang mendukung kemampuan bertahan hidup seseorang pada saat di laut adalah kekuatan fisik, berat badan, pakaian yang di gunakan, dan penggunaan alat bantu apung.
Pakaian yang digunakan juga berfungsi membantu sebagai pelampung sementara, pengetahuan yang baik tentang alat bantu apung bisa menambah probabilities prajurit untuk bisa bertahan hidup sampai tim SAR berhasil melakukan evakuasi. Hal ini juga menjadi tantangan permasalahan mendasar dalam tehnik bertahan hidup diantaranya melaksanakan water trappen, meniup swimvest, dan menguasai teknik penggunaan sekoci.
Serangkaian aktifitas latihan Sea Survival tersebut bertujuan untuk memberikan pengalaman dan pemahaman sesuai arahan instruktur yang ahli di bidangnya seperti dari Tim Kopaska, Penyelam dan Kolat Koarmada II. Sehingga besar harapannya dapat membantu para peserta latihan pada saat mengahadapi situasi bertahan hidup di laut tidak hanya teknis saja tetapi diharapkan peserta secara psikologi mampu bertahan hidup.
Dari hasil penilaian tim Kolatkoarmada II, berhasil mencatatkan waktu tercepat mendayung dari dermaga Semampir menuju hutan bakau Koarmada II adalah Satsel A dengan waktu 07 menit 54 detik, Satban A dengan raihan waktu 11 menit 26 detik dan Satkat dengan waktu 11 menit 27 detik.(Dispenarmada I|ivan|red)