Banjarnegara – “Ruwatan Bumi” Di Dusun Karanggondang Desa Pasegeran Kecamatan Pandanarum, adalah tradisi upacara adat warga setempat sebagai ungkapan syukur terhadap Tuhan YME atas hasil panen yang melimpah, ritual penolak bala sekaligus penghormatan kepada nenek moyang.

Ruwatan sendiri berasal dari kata “ruwat” atau dalam bahasa sunda “ngarawat” yang artinya merawat atau menjaga, sedangkan bumi mengandung arti tempat kita hidup. Kata lain ruwatan bumi berarti menjaga tempat kita hidup.
Pelaksanaan acara biasa dilakukan sebelum musim cocok tanam dimulai. Menurut adat istiadat setempat, sebelum diadakan tradisi ruwatan bumi, petani diharapkan jangan menggarap lahan pertaniannya. Jika ada yang melanggar, maka akan tertimpa kesialan, bisa berupa lahan pertaniannya terserang hama ataupun hasil panen yang buruk. Ruwatan bumi dilakukan di suatu tempat, warga berkumpul dan masing-masing mengumpulkan nasi tumpeng untuk kemudian dimakan bersama.

Rangkaian acara ruwatan bumi biasanya diawali dengan ritual berziarah ke salah satu makam sesepuh. Disaat para sesepuh kampung melakukan ritual ziarah, masyarakat kampung menggantungkan bermacam-macam hasil bumi baik dengan seutas tali yang digantung di depan pekarangan atau gang-gang rumah. Setelah ziarah selesai maka diadakan arak-arakan keliling kampung yang dipimpin oleh sesepuh kampung atau Kades setempat. Dan menjadi hiburan adalah, gantungan hasil bumi diperebutkan masyarakat umum. Di Pasegeran, lokasi TMMD Reguler 102 Banjarnegara, acara puncak ruwatan bumi diadakan pada Rabu malam (1/8/18).
Sebelum acara, dilakukan sambutan-sambutan yang diantaranya adalah sambutan Kaposramil Pandanarum dan juga anggota Satgas TMMD, Peltu Pojos. Ia mengungkapkan apresiasi atas keterlibatan warga dalam merampungkan rabat beton TMMD sepanjang 1 kilometer lebih. Pojos juga berpesan untuk menjaga hasil-hasil pembangunan yang dilakukan bersama, karya tersebut juga dibangun masyarakat sehingga semua harus merasa memiliki dan menjaganya.

Acara dilanjutkan dengan doa dan diakhiri pementasan wayang kulit Ki Sugiat (47) dari Desa Sinduaji Kecamatan Pandanarum, dengan menggunakan dana dari swadaya berupa iuran para warga. Sisi positif diadakannya acara tersebut, adalah masyarakat bisa berkumpul dan bersilaturahmi untuk membahas berbagai kegiatan pembangunan desa serta waktu pengolahan lahan pertanian dan jadwal tanam serentak.(pendim0704|red|noven)


























