oleh

Kasal: Modernisasi Alutsista Secara Berkelanjutan Bukti Nyata Komitmen TNI AL Jaga Kedaulatan Indonesia

Jakarta – “Modernisasi Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) yang dilakukan secara berkelanjutan menjadi bukti nyata komitmen TNI AL dalam melaksanakan tugas menjaga kedaulatan dan keamanan wilayah perairan indonesia dan yurisdiksi nasional.”

Hal tersebut disampaikan Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Dr. Muhammad Ali dalam sambutannya pada pelaksanaan Shipnaming dan Launching 2 (dua) kapal perang buatan dalam negeri yaitu OPV 90M dan OPV yang akan meperkuat jajaran TNI AL di galangan kapal PT. Daya Radar Utama, Lampung. Jumat (20/09).

Lebih lanjut disampaikan bahwa pembangunan kapal OPV 90 meter merupakan langkah strategis TNI AL dalam meningkatkan kapabilitas operasionalnya guna menghadapi dinamika ancaman maritim yang semakin kompleks. Program modernisasi Alutsista ini sejalan dengan rencana strategis jangka panjang yang bertujuan untuk mewujudkan TNI AL yang modern, berdaya gentar kawasan dan berproyeksi global.

Selain itu, pembangunan kapal OPV ini juga menjadi wujud kontribusi dan komitmen TNI AL dalam mendukung kemandirian pertahanan dalam negeri dalam Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) serta meningkatkan peran Indonesia dalam rantai suplai global.

Saat memberikan terangan pers, Kasal menyampaikan bahwa kedua kapal ini merupakan program pengadaan dari Kementerian Pertahanan RI (Kemhan RI), dimana Menhan RI, Prabowo Subianto berkomitmen untuk memperkuat TNI AL. “Kapal ini merupakan program pengadaan dari Kementerian Pertahanan, yang mana dari Bapak Menhan sendiri sudah komitmen ingin memperkuat TNI Angkatan Laut, karena negara kita negara kepulauan maka kita harus mempunyai unsur-unsur atau kapal-kapal yang mempunyai kemampuan deterrence yang tinggi,” ungkap Kasal.

Kapal OPV ini merupakan salah satu jenis kapal perang karya putra putri bangsa yang dibangun di Galangan PT. Daya Radar Utama. Kapal tersebut memiliki spesifikasi teknis yaitu panjang 98 meter, lebar 13,50 meter, tinggi 6,90 meter, kecepatan maksimum 28 knots dan kecepatan jelajah 20 knots.

Beberapa keunggulan dari kapal ini adalah diperkuat senjata Meriam 76 mm dan 40 mm Leonardo, Meriam 20 mm Escribano, Decoy atau Terma, Surface to Surface Missile 2×4 Launcher System/Roketsan dan mampu membawa helikopter. Nantinya akan dilengkapi sensor bawah air, permukaan, udara dan persenjataan terpedo.

Dengan kecepatan maksimum 28 knots dan kelincahan yang dimiliki, kapal ini mampu memenuhi berbagai misi operasi baik penegakkan hukum di laut, infiltrasi, eksfiltrasi maupun misi SAR dengan sangat baik.

Kapal yang diberi nama “KRI Lukas Rumkorem-392 dan KRI Raja Haji Fisabilillah-391” yang nantinya akan nantinya akan ditempatkan di Satuan Eskorta (Satkor) Koarmada III ini merupakan kapal program pengadaan Kementerian Pertahanan untuk TNI AL yang dipersiapkan sebagai kapal kombatan maupun kapal patroli yang memiliki kecepatan tinggi dan mampu beroperasi di seluruh perairan yurisdiksi Indonesia. Dengan hull badan kapal yang berbentuk monohull, dirancang untuk mendapatkan performance yang baik pada kecepatan tinggi maupun pada kecepatan jelajah.

Nama Pahlawan tersebut dipilih karena Raja Haji Fisabililah atau dikenal juga sebagai Raja Yang Dipertuan Muda dengan wilayah kekuasaan meliputi daerah Riau, Lingga, Johor hingga Pahang. Karena keberaniannya, beliau gugur pada saat melakukan penyerangan pangkalan maritim Belanda di Teluk Ketapang (Melaka) pada tahun 1784. Atas jasa-jasanya, Raja Haji Fisabilillah diberi gelar sebagai Pahlawan Nasional.

Sedangkan Lukas adalah pemimpin rakyat Papua saat melakukan perlawanan terhadap Jepang di Biak pada tahun 1943, sehingga Biak menjadi daerah pertama di Indonesia yang terbebas dari penjajahan Jepang, pada bulan September 1945 beliau mendirikan Perserikatan Indonesia Merdeka (PIM) gerakan partai politik pertama di Pulau Biak, Pada tahun 1958 Lukas Rumkorem membentuk organisasi Tentara Tjadangan Tjenderawasih (TTT) yang terus melawan belanda serta membantu pemerintah indonesia dalam perang Trikora, oleh pemerintah RI.

Shipnaming dalam pembangunan kapal perang merupakan bagian dari rangkaian seremonial pembangunan kapal perang. Secara lengkap, seremonial pembangunan kapal meliputi First Steel Cutting, Keel Laying, Shipnaming, Launching, kemudian akan dilanjutkan dengan Delivery dan Receiving, Commissioning dan terakhir adalah pengukuhan komandan kapal.

(Dispenal|Karina)

Bagikan

Baca Juga