Jakarta Kementerian Agama menggelar Festival Hari Antikorupsi Sedunia (Hakordia) di Auditorium Harun Nasution Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Acara ini dihadiri oleh Gubernur Lemhanas Ace Hasan Syadzily, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Asep Saepudin Jahar, Kepala Bagian Strategi Komunikasi dan Hubungan Kelembagaan Biro Humas Kemenag Khoeron, serta ratusan mahasiswa.
Dalam sambutannya, Gubernur Lemhanas Ace Hasan Syadzily menyoroti pentingnya gagasan Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar terkait upaya menciptakan pemerintahan yang bersih. Menurut Ace, gagasan ini harus menjadi gerakan nyata, terutama di lingkungan Kemenag.
“Agama mengajarkan etos yang mengharamkan korupsi. Oleh karena itu, kita harus memberikan teladan dalam membangun birokrasi yang bersih. Prof. Nasaruddin Umar adalah sosok yang dikenal humanis, dan di bawah kepemimpinan beliau, saya optimistis Kemenag dapat menjadi lembaga dengan integritas tinggi,” ujar Ace, Selasa (24/12/2024).
“Upaya pemberantasan korupsi harus dimulai dari pemimpin. Jika pemimpin bersih, maka lembaga yang dipimpinnya pun akan bersih,” lanjut Ace yang juga Ketua Umum Ikatan Alumni UIN (IKALUIN).
Ia juga mengapresiasi kontribusi UIN Jakarta yang telah melahirkan banyak tokoh nasional, termasuk Menag Nasaruddin Umar. Ia berharap alumni UIN dapat terus menunjukkan integritas dan memberikan kontribusi nyata bagi bangsa dan negara.
Sementara itu, Rektor UIN Jakarta Asep Saepudin Jahar menekankan pentingnya membangun budaya antikorupsi sejak dini “Korupsi sering kali dimulai dari kebiasaan buruk yang dibiarkan. Nilai kejujuran harus ditanamkan sejak kecil melalui contoh nyata,” kata Asep di depan para mahasiswa yang hadir.
Asep juga mengimbau mahasiswa untuk menjadi motor penggerak perubahan. Menurutnya, mahasiswa perlu menjadi pengawas para pejabat baik di lingkungan kampus maupun di luar kampus, sesuai porsi masing-masing.
Kepala Bagian Strategi Komunikasi dan Hubungan Kelembagaan Kemenag, Khoeron menjelaskan komitmen Menteri Agama Nasaruddin Umar dalam memberantas korupsi. Ia menyebut, dalam waktu 64 hari masa kerja, Menag telah memberikan teladan nyata dengan menyerahkan barang yang diduga sebagai gratifikasi kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Hal tersebut menjadi simbol integritas Menag dalam membangun budaya bersih di tubuh Kemenag.
“Kami ingin momentum ini dijadikan sebagai penguat komitmen bersama, tidak hanya di lingkungan Kementerian Agama, tetapi juga di kalangan akademisi. Oleh karena itu, kampus dipilih sebagai tempat strategis untuk membahas isu pemberantasan korupsi. Kampus adalah tempat di mana mitologi dapat dikonseptualisasi menjadi ilmu pengetahuan dan nilai-nilai luhur dapat ditransformasi menjadi etos kerja,” jelas Khoeron.
Khoeron berharap Festival Hakordia ini mampu melahirkan individu-individu yang tidak hanya berilmu, tetapi juga memiliki semangat dan integritas tinggi dalam upaya pemberantasan korupsi. “Diskusi dan kegiatan selama acara ini menjadi momentum penting untuk membangun budaya antikorupsi yang kuat di kalangan mahasiswa dan akademisi,” ucapnya.
(Kontributor : Arif)