Denpasar – Komandan Pangkalan TNI Angkatan Laut (Danlanal) Denpasar, Lantamal V, Koarmada II, Kolonel Laut (P) Henricus Prihantoko menghadiri Dharma Shanti Nasional (Perayaan Hari Suci Nyepi tahun baru Caka 1941) di Panggung Terbuka Ardha Candra, Taman Budaya Art Center Denpasar yang dibuka Wakil Presiden (Wapres) RI, Muhammad Jusuf Kalla kemarin.
Hadir mendapingi Wakil Presiden RI dalam kegiatan tersebut Menteri Agama RI Luqman Hakim, Menteri Koperasi Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga, Gubernur Bali Wayan Koster, Kasum TNI Letjen TNI Joni Supriyanto, Pangdam IX/Udayana Benny Susianto, Pangkoarmada III Laksda TNI I Nyoman Gede Ariawan, Pangkoops AU II Marsekal Muda TNI Henri Alfiandi.
Kemudian Kapolda Bali Irjen Pol. Petrus R. Golose, Pa Sahli Tk.III Bid Polhukamnas Panglima TNI Mayjen TNI (Mar) Ketut Suardana, TA. Pengkaji Bid. Sumber Kekayaan Alam Lemhannas Laksda TNI I Nyoman Gede Sudihartawan, Para Pejabat TNI/Polri, Para Duta Besar negara sahabat, Para Sulinggih (Pendeta), Para Pejabat Pemerintah Prov Bali, Ketua umum PHDI Pusat beserta jajaran, Tokoh Adat, Tokoh Masyarakat, dan Masyarakan Hindu.
Acara digelar diawali dengan Puja Tri Sandya, selanjutnya tari kreasi penyambutan tamu, dan dilanjutkan dengan Dharma wacana, pembacaan Sloka dan uraian makna hari raya Nyepi oleh Ketua umum harian PHDI Pusat Mayjen TNI (Pur) Wisnu Bawa Tenaya.
Dalam sambutannya, Wapres Jusuf Kalla mengatakan sejatinya Dharma Shanti Hari Raya Nyepi dan Pemilu memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk evaluasi.
Menurutnya, setiap tahun umat Hindu harus mengevaluasi diri kemudian menyucikan diri pada saat Hari Raya Nyepi.
Wapres berharap, usai melaksanakan Hari Suci Nyepi tahun ini, umat Hindu Indonesia dapat melakukan evaluasi pada diri masing-masing agar bermanfaat untuk semua.
Kegiatan Dharma Santi Nasional Perayaan Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1941 tidak sekedar untuk melaksanakan Dharma Agama. Tapi juga Dharma Negara lewat tema yang diangkat “Melalui Catur Brata Penyepian Kita Sukseskan Pemilu 2019”.
Jusuf Kalla sepakat, momentum ini dapat dijadikan ajang untuk mengevaluasi diri dan kemudian mensucikan diri.
Dengan mensucikan diri, tentu segala kekurangan dan kesalahan yang telah diperbuat dapat diubah agar menjadi lebih baik.
Apalagi tema yang diangkat berkaitan dengan Pemilu Serentak 2019. Tema tersebut dinilai sejalan dengan spirit kegiatan ini untuk melakukan evaluasi dan penyucian diri.
“Pemilu pada dasarnya merupakan bentuk evaluasi bangsa secara keseluruhan, punya makna yang sama dengan Nyepi. Kita evaluasi apa yang telah dilakukan selama 5 tahun,” jelasnya.
Diakhir sambutannya, Jusuf Kalla menambahkan, pemimpin dievaluasi yang bila benar bisa dilanjutkan kepemimpinannya.
Bila tidak, maka harus diperbaharui atau diganti. Jusuf Kalla meyakini, masyarakat Bali tahu apa arti berhasil dan tidak berhasil dalam kepemimpinan tersebut. Oleh karena itu, partisipasi seluruh komponen masyarakat sangat diharapkan dalam Pemilu, 17 April mendatang.
Keragaman yang dimiliki bangsa ini hendaknya tidak dijadikan sebagai pemecah belah bangsa, namun sebagai pemersatu. Pada intinya, perbedaanlah yang menyatukan bangsa.(dispen lantamal V|red|noven)