Salatiga – Suasana pagi yang cerah dan sejuk, dipadu dengan kicauan burung yang merdu menyambut ratusan mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) yang mengikuti kegiatan pembukaan Mata Kuliah Bela Negara Semester Genap 2024/2025, Sabtu (12/04/2025). Bertempat di halaman Kantor Wali Kota Salatiga yang hijau dan asri, kegiatan diawali dengan upacara yang dihadiri oleh mahasiswa, dosen, serta unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda).
Kegiatan ini menjadi penanda dimulainya proses perkuliahan Bela Negara yang tahun ini diikuti oleh 256 mahasiswa lintas fakultas di UKSW. Mata kuliah ini merupakan mata kuliah pilihan dengan bobot 3 SKS, dan keikutsertaan mahasiswa mendukung pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Perguruan Tinggi yang tertuang dalam Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi No.210/M/2023. Kurikulum Program Studi S1 di UKSW yang disebut sebagai Talenta Merdeka disusun berdasarkan Outcome Based Education (OBE). Kurikulum ini memberi kebebasan kepada mahasiswa untuk mengambil mata kuliah sampai dengan 20 SKS dari sejumlah Mata Kuliah Pilihan, baik dari Prodinya maupun Prodi lain. Mata kuliah Bela Negara kali ini merupakan batch ketiga yang sebelumnya telah dilaksanakan menggunakan pembelajaran yang terintegrasi dengan kegiatan pengabdian masyarakat.
Dibuka secara resmi oleh Pelaksana Harian (Plh) Sekretaris Daerah Kota Salatiga Muh Sidqon Effendi, S.Si.T., M.T., kegiatan ini menegaskan relasi erat antara kampus dan pemerintah kota. Dalam upacara, turut hadir Pimpinan Universitas dan Fakultas di UKSW yang tak lupa mengenakan topi atau ikat kepala dari berbagai daerah mempertegas UKSW sebagai kampus Indonesia Mini. Rektor UKSW Profesor Intiyas Utami juga nampak mengenakan ikat kepala dari Sumba.
Rektor Intiyas dalam sambutannya menekankan bahwa melalui mata kuliah ini, UKSW terus menghidupi semangat Indonesia Satu Hati, membentuk mahasiswa sebagai creative minority yang peka terhadap persoalan sosial dan berperan aktif sebagai agen perubahan di masyarakat.
“UKSW adalah bagian dari Salatiga, kota ini adalah miniatur Indonesia. Maka dari itu, pelaksanaan pembukaan mata kuliah Bela Negara dimulai dari balaikota ini menjadi bentuk nyata dukungan terhadap program-program kebangsaan yang menyatu dengan keberagaman,” ujarnya.
Rektor Intiyas juga menekankan bahwa kolaborasi dengan 13 mitra eksternal seperti Pemerintah Kota Salatiga, DPRD Kota Salatiga, Rumah Tahanan Negara Salatiga, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Tengah, BPBD Kota Salatiga, serta mitra lainnya merupakan kekuatan utama dalam perkuliahan bela negara di UKSW.
“Mahasiswa tidak hanya belajar teori, tapi juga dilibatkan dalam praktik dan diskusi dengan para pemangku kepentingan, agar mereka memiliki perspektif utuh tentang realitas kebangsaan,” tambahnya.
Bela Negara dalam Perspektif Kontekstual
Usai upacara bendera, kegiatan dilanjutkan dengan sesi diskusi interaktif yang berlangsung di tiga ruangan, yaitu Ruang Bhinneka Tunggal Ika Gedung DPRD Kota Salatiga di mana Ketua DPRD Dance Ishak Palit, M.Si., bersama anggota Komisi B DPRD Bagas Aryanto dan Heru Prasetyo serta Dr. Sunardi, M.Pd., Dosen sekaligus Koordinator Mata Kuliah menyambut mahasiswa dalam atmosfer edukatif dan partisipatif.
Dalam paparannya, Dance Ishak Palit menguraikan bahwa makna bela negara di era modern tidak lagi terpaku pada narasi fisik semata, tetapi juga mewujud melalui partisipasi aktif dalam menjaga keutuhan bangsa melalui politik lokal, kebijakan daerah, hingga perilaku keseharian.
“Bela negara bukan melawan penjajah, di abad 21 ini berupa partisipasi dan tanggung jawab sebagai bangsa. Diinisiasi UKSW sebagai implementasi kurikulum nasional, ini menjadi hal yang sangat hebat di mana kampus mengimplementasi ideologi negara terhadap bagaimana mengisi kemerdekaan,” tuturnya.
Sementara itu diskusi di Ruang Mini Theater Bung Karno menghadirkan pembicara Pudjo Suseno dan Laurens Adrian dari Komisi A serta Dr. Y. Haris Nusarastriya, M.Si., Dosen PPKn UKSW, dan di Ruang Kaloka Setda menghadirkan pembicara Alexander Joko SBY, Eko Purnomo, dan Latif Nahari dari Komisi C serta Dra. Nani Mediatati, M.Pd., selaku Ketua Program Studi PPKn. Mahasiswa diajak berdialog mengenai pentingnya partisipasi politik, tanggung jawab warga negara, serta peran aktif dalam proses demokrasi.
Usai diskusi, kegiatan ini ditutup oleh Ketua DPRD Kota Salatiga didampingi Dosen Fakultas Hukum UKSW Theofransus Litaay, S.H., L.L.M., Ph.D. Dalam kesempatan ini, Theofransus Litaay, S.H., L.L.M., Ph.D., menyampaikan bahwa desain perkuliahan Bela Negara di UKSW sangat baik.
“Diharapkan desain perkuliahan Bela Negara ini dapat mengembangkan kapasitas mahasiswa UKSW untuk memiliki kadar kebangsaan dan kadar solidaritas sosial yang kuat,” tandasnya.
Bentuk Mentalitas Tangguh
Sebagai mata kuliah pilihan, Bela Negara mendapat respons positif dari mahasiswa. Salah satu peserta, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi (FISKOM) Tony Febrianto menyatakan bahwa ia mengikuti mata kuliah ini untuk menambah pengalaman dan wawasan kebangsaan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sosial maupun dunia kerja nantinya. Sementara itu, mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Agnes Renata Octaviani menilai bahwa perkuliahan ini memberikan inspirasi dalam membentuk karakter yang tangguh dan bertanggung jawab.
“Saya memilih mata kuliah Bela Negara karena menginspirasi, melatih karakter, dan membentuk mentalitas yang tangguh untuk membawa dampak positif di keluarga, kampus, dan masyarakat,” ujarnya.
Kegiatan ini diikuti oleh mahasiswa dari berbagai fakultas di UKSW, menunjukkan antusiasme yang besar terhadap topik kebangsaan di kalangan civitas academica. Dekan FISKOM Dr. Ir. Sri Suwartiningsih, M.Si., menyampaikan bahwa mata kuliah Bela Negara yang merupakan mata kuliah pilihan ini menunjukkan adanya minat mahasiswa terhadap isu-isu kebangsaan dan nilai-nilai patriotisme.
“Kami harap, lewat perkuliahan ini, mahasiswa memiliki tambahan pengetahuan serta sikap pengetahuan patriotisme dan cinta tanah air,” tuturnya.
Kegiatan dalam mata kuliah ini mencakup Bela Negara dari persepsi pengelolaan pemerintah daerah, tanggung jawab dalam partisipasi politik, praktik pertolongan darurat, praktik survival, terorisme dan radikalisme, NAPZA, penanggulangan bencana, pertolongan kedaruratan dengan pembelajaran berbasis projek. Mahasiswa melaksanakan pembimbingan dalam projek bela negara berbasis riset atau pengabdian masyarakat di bidang sosial dan budaya. Industri dan UMKM yang dibawakan oleh pelaku UMKM dan industri lokal, dilanjutkan dengan Bela Negara dari Wakil Rakyat oleh Ketua DPRD Kota Salatiga, serta Praktik Kebencanaan dan Kedaruratan yang melibatkan BPBD, Dinas Sosial, dan Polres Salatiga. Seluruh rangkaian ditutup dengan Gelar Karya sebagai bentuk aksi tematik bela negara sebagai bentuk ekspresi pembelajaran.
Sebagai Perguruan Tinggi Swasta (PTS) terakreditasi Unggul, UKSW telah berdiri sejak 1956 dengan 15 fakultas dan 64 program studi di jenjang D3 hingga S3, dengan 28 Prodi Unggul dan A. Terletak di Salatiga, UKSW dikenal dengan julukan Kampus Indonesia Mini, mencerminkan keragaman mahasiswanya yang berasal dari berbagai daerah. Selain itu, UKSW juga dikenal sebagai “Creative Minority” yang berperan sebagai agen perubahan dan inspirasi bagi masyarakat. Melalui kegiatan ini, UKSW mengukuhkan komitmennya dalam mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) ke-4 pendidikan berkualitas, SDGs 16 perdamaian, keadilan dan kelembagaan yang tangguh dan ke-17 kemitraan untuk mencapai tujuan.
(Soleh|red)