oleh

Menjaga Budaya Bangsa, Turonggo Sekar Budoyo Blitar Tetap Setia pada Gaya Jaranan Klasik

Blitar – Di tengah arus modernisasi, Turonggo Sekar Budoyo tetap setia mempertahankan jaranan klasik khas Blitar. Dipimpin oleh Imam Sapi’i, kelompok ini berkomitmen melestarikan tarian tradisional yang semakin langka.

Dihubungi pada tanggal 3 Februari 2025 di kediamannya, di Dsn. Tumpak, Ds. Purwodadi, Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar, Imam menegaskan pentingnya menjaga warisan dan tradisi budaya agar tidak tenggelam. Sebelumnya, beliau pernah bergabung dengan kelompok jaranan di Selokajang hingga bubar. Kemudian Imam berinisiatif mendirikan Kembali kesenian jaranan tersebut. “Saya tidak ingin kesenian ini hilang begitu saja. Makanya, saya berusaha menghidupkan kembali dan melanjutkan tradisi ini,” ungkapnya.

Berdiri sejak tujuh tahun lalu, nama Turonggo Sekar Budoyo baru digunakan empat tahun terakhir. Dalam setiap pementasan, mereka menampilkan Jaranan Jawa Klasik untuk penari putra, Jaranan Senterewe untuk penari putri, dan Barongan Karanggayam untuk tarian barong. Imam menegaskan pentingnya menghidupkan gaya klasik sebagai bentuk pelestarian budaya. “Kalau semua berubah mengikuti tren, nanti yang asli bisa tenggelam,” katanya.

Kelompok ini memiliki 50 anggota, termasuk penari, penabuh gamelan, sinden, dan kru lainnya. Semua anggota berasal dari lingkungan sekitar tanpa pemain cadangan. Jika kekurangan penari, Imam sendiri siap turun tangan. “Kalau memang kurang orang, saya juga bisa turun langsung, yang penting, pertunjukan tetap berjalan dengan baik,” tuturnya.

Meskipun perjalanan mereka tidak selalu mulus, semangat mereka tetap tinggi. Dana yang diperoleh sebagian disisihkan untuk membeli perlengkapan secara mandiri, meski hingga kini belum ada bantuan dari pemerintah. “Kami beli sendiri perlengkapan sedikit demi sedikit dari hasil tanggapan. Jika mau pentas, ada beberapa yang meminjamkan perlengkapan,” ujar Imam.

Imam memilih mempertahankan gaya Blitaran, dengan kuda kepang lebih kecil yang memungkinkan gerakan tarian lebih dinamis. Ia ingin menyajikan tontonan yang memiliki tatanan dan tuntunan, dengan suasana tenang dan tidak membosankan. “Saya ingin pertunjukan ini bisa dinikmati dengan santai. Penonton bisa melihat dengan nyaman tanpa ada pagar dan tanpa khawatir terjadi tawuran,” tegasnya.

Menolak mengikuti tren jaranan modern yang dimodifikasi dengan unsur dangdut, ia menekankan pentingnya mempertahankan gaya lama seperti yang diwariskan turun-temurun. “Saya tidak ingin mengikuti tren yang ada. Saya ingin kelompok kami tetap memiliki ciri khas tersendiri, beda dari yang lain,” katanya.

Baru-baru ini, saat tampil dalam acara Kirab Goa Tumpeng pada 25 Januari 2025 lalu, sudah ada Youtuber mendokumentasikan pertunjukan mereka hingga selesai. Ini menjadi langkah awal dalam memperkenalkan Turonggo Sekar Budoyo ke khalayak yang lebih luas.

Dengan komitmen tinggi dalam melestarikan budaya, Turonggo Sekar Budoyo tetap eksis di tengah arus perubahan zaman, berharap kelompok ini terus bertahan dan mendapatkan dukungan agar seni jaranan klasik tidak tenggelam dan tetap lestari. “Saya ingin anak cucu kita tetap bisa melihat jaranan khas Blitar, bukan yang sudah bercampur dengan modernisasi,” pungkasnya. (Priska|Red)

Bagikan

Baca Juga