Jakarta – Anggota Komisi VI DPR RI Mufti Aimah Nurul Anam menyoroti kinerja Garuda Indonesia yang dinilai tidak sejalan dengan pertumbuhan industri penerbangan nasional. Meski jumlah penumpang Garuda naik pada tahun 2024, pangsa pasar (market share) maskapai pelat merah itu justru merosot.
Berdasarkan laporan yang ia terima, terjadi peningkatan trafik penumpang Garuda dari 11,4 juta pada tahun 2023 menjadi 12,2 juta pada tahun 2024. Namun, secara nasional, industri penerbangan melonjak lebih tinggi, dari 97,8 juta menjadi 105,4 juta penumpang. Hal ini dikemukakan dalam Rapat Dengar Pendapat dengan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, PT Angkasa Pura Indonesia, dan Direktur Utama PT Integrasi Aviasi Solusi di Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Senin (22/9/2025).
“Secara keseluruhan, bukan karena kinerja Garuda yang membaik, tetapi karena trafik penumpang nasional meningkat. Pangsa pasar Garuda justru turun dari 11,6 persen menjadi 11,2 persen,” ujar Mufti.
Di sisi lain, dirinya mempertanyakan efektivitas suntikan dana Rp6,65 triliun yang telah dikucurkan pemerintah untuk menyelamatkan Garuda. Menurutnya, penurunan market share membuktikan bahwa bantuan negara belum mampu memperbaiki daya saing maskapai.
“Negara sudah hadir begitu banyak, tapi tetap begitu-begitu saja. Kalau memang tidak ada harapan tumbuh dan terus jadi beban, tidak haram kalau Garuda dibubarkan,” tegasnya.
Manajemen Garuda sebelumnya menyatakan ambisi menguasai hingga 50 persen pangsa pasar domestik. Namun, ia menilai target tersebut tidak realistis.
“Sekarang saja baru 11 persen, sementara swasta menguasai 60 persen. Jangan sampai janji itu hanya omong kosong. Kami minta roadmap jelas, tahun 2026 berapa persen, 2027 berapa persen, dan kalau tidak tercapai, apakah direksi berani mundur?” tanyanya.
Walaupun penurunan market share memperlihatkan tantangan serius yang dihadapi. sebagai maskapai pembawa bendera (flag carrier), Mufti berharap Garuda mampu bersaing di tengah dominasi swasta. Ia pun menegaskan, jika kinerja Garuda tidak segera dibenahi, bukan hanya beban keuangan negara yang semakin berat, namun juga hilangnya kepercayaan publik terhadap maskapai nasional.
(Kontributor: Arif)