oleh

Pesona Pasar Tempo Doeloe Gunung Kunci: Napak Tilas Budaya dan Rasa Jawa di Tanah Kartasura

KARTASURA – Di bawah sinar mentari Minggu pagi, 19 Oktober 2025, suasana kawasan Gunung Kunci berubah menjadi panggung nostalgia. Deretan gerobak kayu, aroma jajanan ndeso, dan lantunan musik keroncong mengiringi pembukaan Pasar Tempo Doeloe Gunung Kunci, sebuah kegiatan yang memadukan semangat ekonomi rakyat dengan pelestarian budaya Jawa.

Pasar ini menjadi ruang perjumpaan antara masa lalu dan masa kini. Di setiap sudutnya, pengunjung dapat menemukan warisan cita rasa yang nyaris terlupakan mulai dari tiwul, grontol, klepon, hingga penganan tradisional lain yang menghadirkan kenangan masa kecil di dapur simbok. Tak hanya kuliner, pengunjung juga dapat menjumpai koleksi barang antik yang menyimpan jejak perjalanan sejarah masyarakat Kartasura tempo dulu.

Acara pembukaan berlangsung meriah dengan kehadiran Camat Kartasura Ikhwan Sapto Darmono, S.Pd., M.Pd., Kapolsek AKP Tugiyo, S.H., M.H., Danramil Kapten Inf Ismail, Rektor UIN Raden Mas Said Surakarta Prof. Toto Suharto, Dekan FEBI Prof. Dr. M. Rahmawan Arifin, M.Si., serta Lurah Kartasura Safrudin Cahyanto, S.E., M.Si.
Kehadiran para tokoh tersebut menjadi bentuk nyata dukungan terhadap upaya masyarakat dalam menghidupkan kembali nilai-nilai budaya lokal.

Sebagai tanda dimulainya kegiatan, dilakukan prosesi pelepasan burung ke langit simbol kebebasan dan doa agar kegiatan ini terus membawa keberkahan bagi warga. Suasana makin syahdu saat alunan musik keroncong mengiringi langkah para pengunjung yang menyusuri jejak masa lalu di antara lapak-lapak tradisional.

Pasar yang digelar setiap Minggu Pahing mulai pukul 06.00 hingga 09.00 WIB ini langsung menarik minat warga. Sejak pagi, pengunjung berdatangan dan dalam waktu singkat seluruh dagangan ludes terjual. Antusiasme tersebut menjadi bukti bahwa warisan budaya masih hidup di hati masyarakat Kartasura.

Dalam sambutannya, Camat Kartasura Ikhwan Sapto Darmono mengapresiasi semangat warga dalam mengangkat potensi lokal.

“Kegiatan ini tidak sekadar pasar, tetapi juga sarana membangun kesadaran akan pentingnya mencintai budaya sendiri. Harapan kami, Pasar Tempo Doeloe dapat tumbuh menjadi destinasi wisata budaya yang memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat,” ujarnya.

Sementara itu, Prof. Toto Suharto dari UIN Raden Mas Said menegaskan bahwa pelestarian budaya adalah bagian dari menjaga jati diri bangsa.

“Warisan seperti ini adalah sumber kebijaksanaan yang harus dirawat. Dari makanan sederhana hingga benda antik, semuanya mengandung nilai-nilai kehidupan yang luhur,” tuturnya.

Bagi para pelaku UMKM dan pedagang kecil, kehadiran Pasar Tempo Doeloe menjadi berkah tersendiri. Nugi Dirodo, pedagang barang antik, menuturkan bahwa kegiatan ini bukan hanya tempat berjualan, tetapi juga wadah berbagi cerita dan memperkenalkan warisan leluhur kepada generasi muda.

Dengan sambutan hangat masyarakat dan dukungan pemerintah setempat, Pasar Tempo Doeloe Gunung Kunci dipandang sebagai titik awal kebangkitan ekonomi berbasis budaya. Lebih dari sekadar tempat berbelanja, pasar ini menjadi jembatan antara sejarah, rasa, dan identitas menegaskan bahwa nilai-nilai Jawa akan selalu hidup di tengah perubahan zaman.

(Kontributor: Widyo)

Bagikan