Jakarta – Sobat KUKM, Pasti kamu sering mengetahui bahkan menyantap olahan keripik di rumah kalian. Dimana Keripik merupakan makanan olahan yang terbuat dari hasil alam seperti umbi-umbian, sayuran, atau buah-buahan yang diiris tipis-tipis, digoreng dan dibumbui.
Bahan baku sendiri dari pembuatan kripik terbuat dari buah pisang, singkong, ubi, sayuran hijau maupun buah-buahan lainnya yang dikeringkan. Rabu (1/1/25)
Sobat KUKM, Untuk menghasilkan rasa yang gurih dan renyah, keripik bisa dicampur juga dengan adonan tepung dan diberi bumbu rempah tertentu. Ada juga keripik yang diberi taburan rasa tambahan, seperti keju, coklat, garam, bubuk cabe, rumput laut, dll. Dan ternyata makanan ringan ini sangat digemari oleh banyak kalangan baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Karena selain rasanya yang renyah dan gurih, keripik juga bisa dinikmati di waktu santai bersama teman dan keluarga.
Pada pandemi Covid-19 yang lalu beberapa sektor memang terdampak cukup serius hingga gulung tikar. Namun, menurut Menteri Perdagangan, pandemi 2 tahun terakhir ini justru malah menjadi berkah oleh sebagian orang. Bahkan bisa menjadi peluang bagi para pelaku usaha untuk mengembangkan bisnisnya ke kancah internasional. Salah satu contoh perusahaan makanan ringan level UKM yang berhasil menembus pasar global adalah PT Parestu Estu Guna.
UKM asal Bojonegoro tersebut mulai merambah pasar internasional pada bulan Januari 2020. Produk keripik singkong yang berhasil dikirim oleh UKM Jawa Tengah tersebut sudah menembus pasar Amerika Serikat (Kemendag). Pengiriman pertamanya berjumlah 320 karton dengan nilai 5.200 USD atau sekitar 74 juta rupiah (kurs hari ini).
Kenapa Keripik?
Indonesia dikenal sebagai penduduk yang bekerja pada sektor pertanian dan Bahan baku pembuatan keripik di tanah air begitu melimpah. Ditambah letak geografis di garis khatulistiwa menjadikan Indonesia memiliki intensitas cahaya matahari lebih banyak dan curah hujan yang cukup tinggi. Sehingga kondisi ini sangat menguntungkan untuk aktivitas bercocok tanam.
Ditambah dengan lahan hijau yang sangat luas menjadikan Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang berlimpah. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan luas lahan pertanian di tahun 2020 adalah seluas 10,66 juta hektar dengan produksi hasil panen sejumlah 54,65 juta ton. Beberapa hasil alam di sektor pertanian adalah padi, singkong, ubi, kentang, sayuran, kacang-kacangan dan sebagainya.
Data lain juga menyebutkan jika luas area perkebunan sendiri di Indonesia mencapai 9,58 juta hektar di tahun 2020 (Data BPS). Perkebunan Indonesia banyak menghasilkan buah-buahan yang beragam. Diantaranya pada tahun 2020, panen terbanyak didapat dari produksi buah pisang sejumlah 8,2 juta ton dibanding dengan hasil panen buah lainnya (Data BPS). Jumlah sumber daya alam ini tentunya menjadi peluang bagus untuk dijadikan ladang mendulang rupiah.
Beberapa Negara Bisa Menjadi Tujuan Ekspor Keripik Asal Indonesia
Hongkong
Sobat KUKM, Hong Kong sudah menjadi pusat perdagangan di Asia. Sampai sekarang negara pemilik 8.000 gedung pencakar langit ini terus berkembang dan berhasil menjadi pusat perekonomian dunia. Saat ini Hong Kong memegang gelar sebagai kota metropolis dan simbol status sosial di Asia. Jadi tidak mengherankan jika negara pengguna Bahasa Yingyu dan Bahasa Kanton ini kemudian menarik banyak wisatawan mancanegara untuk datang berkunjung.
Banyak merek dagang internasional berlomba-lomba untuk memasarkan produknya di Hong Kong. Kondisi tersebut tentu bisa menjadi peluang besar bagi UKM Indonesia untuk ikut memasarkan produknya di Hong Kong, terutama di bidang pangan olahan seperti makanan ringan. Selain itu, Hong Kong dan Indonesia memiliki hubungan diplomasi ekonomi yang menekankan 3 hal utama. Pertama yaitu meningkatkan intensitas kerjasama perdagangan.
Kedua, memanfaatkan peluang yang belum tergarap. Ketiga, menguatkan dukungan pemerintah dalam bentuk insentif bagi dunia usaha. Menurut KJRI Hong Kong, Hong Kong menempati urutan ketiga asing dengan jumlah 1,8 miliar USD atau setara dengan 25,5 triliun rupiah pada semester pertama di tahun 2020
Jerman
Sobat KUKM, Jerman merupakan ekonomi nasional terbesar di Uni Eropa (UE) dan yang terbesar keempat di dunia setelah Amerika Serikat, Tiongkok, dan Jepang (Fakta Jerman). Sektor-sektor industri penyumbang omset terbesar berasal dari industri mobil, industri konstruksi mesin dan instalasi, industri kimia serta peralatan teknik kedokteran. Jerman termasuk negara yang memiliki angkatan kerja paling tinggi di UE, sekaligus merupakan negara dengan persentase pengangguran remaja paling rendah. Kebanyakan penduduk Jerman memiliki pekerjaan di bidang yang kurang berdekatan dengan bidang kuliner.
Menurut catatan, profesi yang banyak dicari di Jerman adalah juru masak handal. Namun, untuk menutupi kekurangan di bidang ini dan bidang lainnya, pihak pemerintah sudah berusaha melakukan promosi untuk menarik pekerja yang sesuai kualifikasi. Dengan kondisi tersebut, para importir di Jerman terus memenuhi kebutuhan masyarakat dengan mendatangkan dari negara lain. Salah satunya ialah makanan ringan keripik asal dari Indonesia. Dengan demikian, potensi ekspor makanan ringan ke negara Eropa khususnya Jerman bisa menjadi peluang bagi pelaku usaha di Indonesia.
Korea Selatan
Sobat KUKM, Korea Selatan saat ini dikagumi oleh banyak orang dari berbagai sudut pandang. Mulai dari gaya hidup, kemajuan fashion, tradisi dan budaya, sejarah, hingga kemajuan hidupnya. Negara pelopor operasi plastik ini menjadi negara yang cukup berpengaruh di era digital saat ini. Bagaimana tidak, salah satu jenis musik (kpop) dan serial film (k-drama) dari negara ini mempengaruhi Asia bahkan dunia. Oleh karenanya, banyak sektor lainnya yang juga terpengaruh. Di antaranya adalah industri pariwisata dan kuliner.
Dengan perkembangan era digital memudahkan kerjasama antar negara Indonesia dan Korea Selatan. Bahkan di tahun 2021 sudah ada lima produk makanan ringan khas Jawa Barat yang sudah mendarat di negeri ginseng ini. Kelima produk UKM Jawa Barat ini berbahan baku singkong, ubi, tempe, pisang, dan kerupuk kulit. Menurut data yang didapat, total ekspor mencapai 20 ton atau sebesar 850 juta rupiah (jpnn.com). Cemilan tersebut ternyata banyak disukai oleh penduduk Korea Selatan, terutama di musim dingin. Karena jenis makanan ringan tersebut cocok untuk menemani minuman penghangat.
(Kontributor : Arif)