PB|Surabaya – Pemkot Surabaya membuka rangkaian peringatan hari pahlawan, 10 November, dengan menggelar refleksi peristiwa perobekan bendera di Jalan Tunjungan, Kamis (14/9/2017), mulai pukul 06.00 WIB sampai pukul 09.00 WIB. Widodo Suryantoro Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya mengatakan, acara ini akan melibatkan 3.000-an peserta dan undangan, dalam aksi teatrikal.
“Ini tahun ketiga kita melakukan refleksi perobekan bendera. Seperti tahun lalu, kami melibatkan berbagai unsur. Dari pemerintahan, pelajar hingga komunitas. Sekitar 3.000an peserta,” katanya di Humas Pemkot Surabaya, Rabu (13/9/2017). Peristiwa perobekan bendera Belanda berwarna merah putih biru ini, menyisakan warna merah dan putih Bendera Indonesia. Peristiwa ini sebenarnya terjadi pada tanggal 19 September. Tapi peringatannya memang dilakukan lebih cepat dari seharusnya.Perobekan bendera di Hotel Yamato, sekarang hotel Majapahit oleh arek-arek Suroboyo, menjadi awal perlawanan pejuang hingga terjadinya pertempuran 10 November. “Kami sengaja menggelar ini secara rutin, untuk merawat ingatan masyarakat Surabaya atas peristiwa bersejarah yang terjadi pada 19 September ini, hingga Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan,” ujarnya.
Menurutnya, berdasarkan informasi dari para Konsulat Jenderal negara sahabat yang ada di Surabaya, helatan seperti ini masih menjadi salah satu daya tarik bagi para wisatawan mancanegara. “Ini kami harapkan bisa menambah jumlah wisatawan di Surabaya. Kami menargetkan 21 juta wisatawan pada 2017 ini. Nah, sampai hari ini sudah sekitar 19 juta,” ujarnya. Widodo mengatakan, dia berharap pada Desember mendatang, dengan banyaknya acara yang digelar di Surabaya, jumlah wisatawan bisa menembus target 21 juta orang. Rekonstruksi Perobekan Bendera Triwarna Belanda di Hotel Yamato mengingatkan warga Surabaya, bagaimana para pejuang merebut kemerdekaan di Surabaya. Pada 19 September 1945 silam, arek-arek Suroboyo berhasil mempertahankan maklumlat Presiden Soekarno tentang pengibaran Bendera Merah Putih di seluruh Indonesia. Momen Perobekan Bendera Triwarna ini menjadi momentum yang mengawali revolusi kemerdekaan Indonesia hingga puncaknya terjadi Pertempuran 10 November 1945.
Saat itu pasukan sekutu RAPWI (Rehabilitation of Allied Prisoner of War and Internees/Bantuan Rehabilitasi untuk Tawanan Perang dan Interniran) sudah bermarkas di Hotel Yamato (Hotel Majapahit). Para kelompok interniran Belanda dikomando oleh Ploegman, menginisiasi pengibaran Bendera Belanda di Hotel Yamato dalam rangka merayakan ulang tahun Ratu Belanda. Amad, anggota Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI), terlibat dalam peristiwa itu. Dia mengaku terharu dengan rekonstruksi perobekan bendera yang digelar Kamis (14/9/2017) pagi.Dalam rekonstruksi Perobekan Bendera Triwarna yang disusun oleh Herry Prasetyo alias Herry Lentho, seniman Surabaya, ditampilkan lagi bagaimana perjuangan arek Suroboyo di masa silam. Ketika rakyat Surabaya sudah mengetahui bahwa Bendera Triwarna berkibar di langit Hotel Yamato, kekacauan tak terhindarkan. Para pejuang berusaha merangsek masuk ke dalam hotel untuk menurunkan bendera.Pada saat itu, Sudirman sebagai Residen Surabaya datang ke lokasi dengan maksud meredakan situasi. Dia bertemu dengan Ploegman untuk berunding tapi malah ditodong pistol. “Saya sebetulnya mau ikut masuk ke situ, tapi sudah ada yang duluan naik pakai tangga ke atas sana,” ujar Amad usai mengikuti Refleksi Perobekan Bendera Belanda di Hotel Majapahit, Kamis (14/9/2017). Arek Suroboyo menerobos masuk ke dalam, sebagian pemuda naik ke puncak gedung dengan menggunakan tangga.
Tiga orang pemuda Surabaya berhasil naik ke puncak gedung, menurunkan Bendera Belanda dan merobek warna biru bendera triwarna sehingga tersisa Merah Putih Bendera Indonesia. “Sebagi saksi hidup, mewakili orang tua-tua yang masih hidup, dengan digelarnya peringatan ini kami merasa berterima kasih,” ujar Amad.Dia berharap agar pemuda Surabaya meneruskan perjuangan para pejuang. Bukan perjuangan dengan cara berpedang fisik. Dia mengakui, perjuangan saat sudah tidak lagi dengan cara seperti itu. “Perang melawan Korupsi. Hanya itu. Sekarang ini kalau korupsi sudah tidak ada, kita aman,” kata Amad yang kini tergabung dalam Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Surabaya.
Mansyur anggota LVRI Surabaya yang lain juga berharap hal yang sama. Agar para pemuda Indonesia saat ini, meneruskan perjuangan para pahlawan. “Adik-adik kita para pemuda Surabaya, sudah seharusnya meneruskan perjuangan dengan menaati peraturan, bertanggung jawab, serta terus menjaga persatuan Bangsa Indonesia,” kata Mansyur. (jupri|red)