oleh

Saat Mencari Pasir Tambahan RTLH Di Bukit Bandingan, Satgas TMMD Dapatkan Cerita Tentang “Situs Bandingan”

PB|PURBALINGGA – Paruh perjalanan TMMD Reguler ke-101 Kodim 0702/Purbalingga, Satgas TMMD masih melanjutkan perampungan RTLH milik Muharso (71) warga Rt. 10 Rw. 04 Desa Karangjambu Kecamatan Karangjambu. Rumah ini dalam proses pemasangan kerangka atap. Kesibukanpun terlihat pada bahan kayu bangunan. Rabu (18/4/18).

Mengingat dalam rehab RTLH Muharso ada sedikit kekurangan pasir, salah satu Satgas TMMD bersama 3 orang warga mencari tambahan pasir tersebut di Bukit Bandingan yang letaknya juga di Desa Karangjambu Kecamatan Karangjambu.

Sambil bekerja, Serka Margiyanto diceritakan tentang mitos sejarah yang dimiliki oleh Bukit Bandingan Karangjambu oleh Ketua Rt. 10 Rw. 04 Desa/Kecamatan Karangjambu, Romidi (46). Pasir tersebut nantinya akan digunakan untuk memplester dinding maupun lantai rumah Muharso.

Terlepas dari RTLH, ini penjelasan singkat tentang Situs Bandingan Karangjambu. Apa itu Situs Bandingan……??

Situs Bandingan terletak di Desa/Kecamatan Karangjambu, adalah merupakan tempat pemujaan leluhur. Hanya segelitir orang tahu tentang keberadaan situs Bangingan dan mitosnya, situs ini banyak menyimpan cerita sejarah leluhur atau nenek moyang penduduknya yang harus dilestarikan sebagai kekayaan budaya masyarakat Indonesia dan dikembangkan sebagai aset wisata budaya di Desa Karangjambu Kecamatan Karangjambu. Oleh karena itu, situs tersebut dipertahankan keasliannya dan dilindungi oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purbalingga, karena merupakan kawasan cagar budaya Kepurbakalaan Megalitik Museum Ronggowarsito Jawa Tengah.

“Arti kata Megalitik” dari bahasa Yunani, Mega berarti besar dan lithos berarti batu, jadi Megalitik dapat diartikan bangunan peninggalan pra sejarah yang menggunakan batu-batu besar yang disusun dan digunakan manusia pra sejarah sebagai tempat pemujaan leluhur.

Ciri utama peninggalan jaman megalitik ini adalah, batu-batu gunung besar tegak yang disusun menjulang sebagai tempat pemujaan leluhur yang disebut Menhir. Peninggalan jaman Megalitik sudah ditemukan di Eropa, Afrika, Kepulauan Oseania, Britania, Jordania, Israel, di Mysore Utara Negara India bagian selatan “Situs Brahmagiri” dan termasuk negara kita di Indonesia.

Berdasarkan penelitian para arkheolog dunia, pengertian “Kebudayaan Megalitik” tidak hanya dihubungkan dengan bangunan dari batu-batu besar yang disusun, namun bisa dengan batu-batu kecil yang disusun dan kayu dapat dianggap sebagai peninggalan di jaman ini. Inilah yang membuat kita sebagai orang Indonesia harus bangga karena mempunyai kekayaan budaya jaman pra sejarah, Megalitik.

Situs Menhir di Desa Karangjambu terlihat kompleks, terdiri dari tiga bagian teras berundak yang teras dipercaya memiliki tingkat kesakralan yang berbeda, semakin keatas semakin dianggap suci. Di beberapa situs lain, menhir digunakan sebagai media perhitungan musim.

  1. Teras pertama,

Untuk mencapai teras pertama harus ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 50 meter dari dari pintu gerbang. Di teras pertama yang merupakan bagian paling bawah dari situs ini, terdapat menhir atau batu-batu tegak dengan ukiran berupa relief/lukisan yang menyerupai tubuh manusia, lukisan batu ini, dipercaya sebagai lambang nenek moyang atau leluhur pendiri desa.

Selain menhir, juga terdapat “Ahu” atau bangunan pemujaan yang tersusun dari batu lempeng dan batu tegak yang menyerupai kursi atau tahta. Istilah ahu dikenal sebagai bangunan Megalitik dari Polinesia.

  1. Teras ke-2,

Hampir sama seperti teras pertama, akses agar sampai di teras ke-2 ini harus berjalan kaki menyusuri jalan berundak berbatu yang cukup sempit, namun setelah tiba dan memasuki teras ke-2 ini kita akan kembali disuguhkan bangunan menhir yang tersusun sejajar dan linier, yang dipercaya sebagai penanda makam leluhur.

Selain menhir yang berfungsi sebagai penanda makam leluhur/nisan, disini juga dijumpai pecahan-pecahan gerabah sebagai tempat pembakaran dupa ritual pemujaan.

  1. Teras ke-3,

Di teras ini adalah bagian paling sakral dari Situs Bandingan yang juga terdapat bangunan menhir yang juga berfungsi sama sebagai penanda nisan leluhur atau juga tanda kehormatan bagi orang yang berjasa serta sebagai tempat pemujaan pada nenek moyang tersebut. Meski secara umum seluruh peninggalan Megalitik di Situs Bandingan ini dipengaruhi unsur kebudayaan Hindu maupun Budha, namun warga sekitar lebih mempercayai jika nenek moyang yang dimakamkan di situs ini merupakan tokoh penyebar agama Islam.

Di Situs Bandingan, awalnya dikenal sebagai tempat pemujaan para leluhur, bahkan mungkin hingga sekarang masih ada masyarakat desa sekitar yang masih melakukan upacara atau ritual pemberian sesaji sebagai ungkapan syukur atas kesuburan tanah dan hasil panen. Hal ini dikarenakan di areal bawah Situs Bandingan, merupakan lahan pertanian dan perkebunan milik warga setempat, Desa Purbasari, Karangjambu maupun Sirandu. 

KALONG RAKSASA

Hal lain yang menarik perhatian di situs Bandingan adalah munculnya ribuan kalong seukuran unggas di kala siang bergelantungan di pohon-pohon besar yang jenisnya tidak diketahui. Bahkan istilah “wit kalong” pun kerap muncul karena pohon-pohon tersebut seolah berbuah kalong. Bahkan slogan “ kalau ingat Bandingan ya ingat kalong” kerap terlontar dari beberapa orang.

Sampai saat ini masyarakat memanggap keramat kalong-kalong ini, sehingga tidak ada yang berani menangkapnya. Kalong ini diibaratkan jumlah doa yang terus dilantunkan oleh Syech Jambu Karang. Berapa jumlah pastinya tidak diketahui. Namun diperkirakan mencapai ribuan.

Uniknya lagi meski tinggal di kompleks situs Bandingan, namun binatang ini tidak sedikitpun meninggalkan sisa makanan dan kotoran disana. Kawanan kalong raksasa adalah salah satu kekhasan situs Bandingan.Jika memang Tuhan telah memilih tempat ini sebagai habitat satwa ini, bukankah seharusnya kita menjaganya ? Dengan cara membiarkan mereka hidup damai disana. Karena kesejukan situs Bandingan tidak akan pernah lengkap tanpa kalong-kalong raksasa ini.

Itulah sejarah singkat Situs Bandingan yang masih awam ditelinga orang selain wong Purbalingga saja, semoga dengan artikel singkat ini dalam gelaran TMMD Reguler ke-101 Kodim 0702/Purbalingga, dapat mempublikasikan situs peninggalan sejarah ini sehingga menasional bahkan menca negara, sebagai salah satu destinasi wisata kultural yang ada di Desa/Kecamatan Karangjambu Kabupaten Purbalingga.

Semoga juga dengan pembangunan akses yang sedang dikerjakan TNI melalui TMMD, akses desa menjadi lebih baik, banyak investor mulai masuk terutama menyelami dan memperkanalkan Situs bandingan, sehingga akan meningkatkan kesejahteraan warga setempat dengan banyaknya wisatawan baru yang datang.

Sementara Warsito, Kades Karangjambu membenarkan adanya peninggalan pra sejarah di desanya. “Para Satgas TMMD gabungan juga banyak yang menanyakan kesana terkait situs tersebut, semoga dengan banyak orang yang datang termasuk Satgas TMMD gabungan, akan lebih mempublikasikan situs ini sebagai obyek wisata baru di desa kami. Saya juga mengucapkan terimakasih kepada Satgas Penerangan Kodim Purbalingga, yang memperhatikan kemajuan desa kami termasuk akan memperkenalkan Situs Bandingan kepada khalayak umu” ucap Warsito saat diwawancarai Sertu Yono Setiyadi Satgas TMMD bagian publikasi TMMD.(Pendim 0702|red)

Bagikan

Baca Juga