Jakarta – Sekolah Rakyat tidak boleh dipandang sebelah mata. Meski gratis namun dari sisi kualitas maupun fasilitasnya setara dengan sekolah unggulan. Bedanya, sekolah berkonsep asrama ini hanya diperuntukkan bagi anak-anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem.
Penegasan ini disampaikan Menteri Sosial Saifullah Yusuf atau Gus Ipul saat audiensi dengan sejumlah pejabat dan tokoh dari berbagai lembaga di Ruang Rapat Menteri Sosial, Rabu (21/05/2025).
“Presiden ingin memuliakan orang miskin. Mereka harus punya akses pada fasilitas pendidikan bermutu, setara sekolah unggulan. Yang sekolah di situ hanya anak-anak miskin ekstrem, tanpa seleksi akademik, tanpa tes IQ. Yang penting, dia dari keluarga miskin dan mau sekolah,” ujar Gus Ipul.
Hadir dalam audiensi tersebut perwakilan Dinas Sosial DKI Jakarta, tenaga medis, tokoh agama, akademisi, organisasi profesi, serta komunitas disabilitas.
Saking pentingnya status sebagai sekolah unggulan, di hadapan para tokoh di atas Gus Ipul kembali menegaskan bahwa sekolah rakyat bukanlah sekolah alternatif. Namun sekolah unggulan yang didesain khusus untuk menjangkau mereka yang tertinggal.
“Sekolah Rakyat ini adalah bentuk kehadiran negara, bentuk pemihakan negara pada mereka yang selama ini tertinggal,” tuturnya.
Sisi unggulan ini salah satunya dapat ditinjau dari aspek kurikulum. Pendekatan yang digunakan sekolah rakyat berbasis pada potensi dan talenta anak.
“Sapi jangan disuruh terbang. Anak kita harus dibimbing sesuai talenta. Inilah beda Sekolah Rakyat. Sistemnya talent mapping, bukan kurikulum yang kaku,” kata Gus Ipul.
Aspek kesehatan anak juga menjadi perhatian utama sebelum dan selama para calon siswa dan siswa masuk sekolah.
“Kita ingin mereka belajar dan tinggal di tempat yang layak, nyaman, bersih, dan bebas penyakit. Kalau ada yang TBC, kita obati dulu. Kalau sembuh, baru bisa masuk. Tapi tidak kita tolak. Semua dibiayai negara 100 persen,” terangnya.
Untuk menjangkau anak-anak dari keluarga miskin, Gus Ipul menyebut pembangunan sekolah rakyat akan dilakukan di berbagai titik di seluruh Indonesia secara bertahap. Pada tahap awal sekolah rakyat akan dibuka pada Juli 2025 di 63 titik.
Lokasi sekolah rakyat yang siap beroperasi itu tersebar di Pulau Jawa sebanyak 34 titik, Sumatera sebanyak 13 titik, Sulawesi sebanyak 8 titik, Bali dan Nusa Tenggara sebanyak 3 titik, Kalimantan 2 titik, Maluku 2 titik, dan Papua 1 titik.
Setelah 63 sekolah ini beroperasi, pemerintah menargetkan pembangunan Sekolah Rakyat di titik lainnya secara bertahap hingga 100 titik. Ke depan ditargetkan Sekolah Rakyat ada di setiap kabupaten/kota di seluruh Indonesia.
“Kita akan bangun di 240 titik. Setiap titik bisa menampung sekitar 40 rombongan belajar. Saat ini kita mulai dari 63 titik rintisan,” katanya.
Selain sarana dan prasarana yang memadai, model pembelajaran yang fleksibel juga menjadi ciri khas Sekolah Rakyat.
“Multi entry – multi exit. Kalau sudah selesai satu modul, boleh kerja dulu, lalu lanjut lagi. Tidak harus lulus dalam 3 tahun. Fleksibel,” kata Gus Ipul.
“Saya ingin ketika mereka lulus, mereka bukan cuma pintar, tapi juga siap hidup. Siap kerja, siap usaha, siap berkontribusi,” imbuhnya.
Keinginan Gus Ipul ini tak lepas dar fakta mengenai kondisi siswa sekolah rakyat dari keluarga miskin dan miskin ekstrem. Sehingga mereka harus diberi bekal pengetahuan dan skill untuk bertahan hidup dan mampu berkembang dari sisi ekonomi dan sosial. Orangtua mereka di waktu bersamaan juga akan difasilitasi dengan program-program pemberdayaan.
“Ini adalah bentuk keberpihakan. Yang kaya boleh sekolah di mana saja. Tapi yang miskin harus dibela. Mereka punya hak yang sama untuk berhasil,” pungkasnya.
(Kontributor : Rafi)