
Solo – Ratusan perwakilan dari 28 elemen masyarakat di Kota Solo berkumpul di halaman depan Museum Radya Pustaka, Minggu pagi (21/9/2025), dalam acara Deklarasi dan Pernyataan Sikap Bersama JOGLOSUKUN (Jogo Solo Supoyo Rukun). Gerakan ini digagas untuk memperkuat kebersamaan, menjaga keberagaman, serta memastikan keamanan dan ketentraman Kota Bengawan.
Acara yang dimulai sejak pukul 06.30 WIB ini diwarnai pembagian 10.000 stiker JOGLOSUKUN kepada masyarakat, sebagai simbol komitmen menjaga Solo tetap aman, damai, dan kondusif.
Pesan Utama adalah Solo Anti Kekerasan
Penanggung jawab kegiatan, Dr. BRM Kusumo Putro, SH., MH., menegaskan deklarasi ini bukan sekadar acara seremonial, melainkan gerakan moral masyarakat sipil.
“Hari ini kami menyebarkan 10.000 stiker, dengan target total 25.000 stiker di lima kecamatan. Kami ingin seluruh warga melihat pentingnya kerukunan. Solo adalah kota budaya, kota harmoni, dan anti kekerasan. Harapannya, tidak ada lagi aksi-aksi anarkis yang merusak kedamaian,” tegas Kusumo Putro.
Menurutnya, langkah ini akan dilanjutkan dengan dialog di sekolah, kampus, hingga komunitas lokal untuk menanamkan kecintaan pada Solo sebagai kota yang majemuk.
Ketua panitia, Wisnu Tri Pamungkas, menyebutkan sekitar 300 peserta hadir mewakili ormas, komunitas, pelajar, dan berbagai elemen masyarakat.
“Kami ingin Solo selalu damai agar masyarakat bisa mencari nafkah tanpa hambatan. Kalau ada tindakan anarkis yang merugikan warga, kami sebagai elemen masyarakat siap bergerak menghadang demi ketertiban,” ujarnya.

Wisnu menambahkan, kultur Solo yang menjunjung tepo seliro menjadi modal sosial penting menjaga kerukunan. Ia menekankan bahwa berbagai aksi anarkis yang sempat terjadi belakangan ini banyak dipicu pihak luar, bukan murni dari warga Solo.
Deklarasi ini tidak berhenti pada pembagian stiker. Panitia menargetkan penyebaran 25.000 stiker di seluruh kecamatan Solo sebagai sarana kampanye damai. Selain itu, kegiatan edukasi langsung ke masyarakat, pelajar, dan mahasiswa akan dilakukan untuk memperluas dampak gerakan.
Panitia juga mengingatkan, demi menjaga netralitas, peserta dilarang membawa atribut atau simbol partai politik dalam bentuk apapun.
Sebagai kota budaya, Solo memiliki sejarah panjang harmoni sosial. Namun, dinamika nasional dan lokal kadang memunculkan potensi konflik yang bisa mengganggu stabilitas. Inisiatif seperti JOGLOSUKUN berfungsi sebagai:
* Upaya preventif mencegah aksi anarkis.
* Sarana edukasi tentang pentingnya harmoni lintas generasi.
* Gerakan simbolik yang memperkuat identitas Solo sebagai kota damai.
Deklarasi JOGLOSUKUN menegaskan bahwa menjaga kedamaian bukan hanya tanggung jawab pemerintah, melainkan seluruh elemen masyarakat. Dengan komitmen bersama dan gerakan nyata, Solo diharapkan tetap menjadi kota yang damai, rukun, dan kondusif bagi semua warganya.
(Kontributor: Widyo)


























