Medan – Anggota Komisi X DPR RI, Ledia Hanifa Amaliah menyampaikan bahwa, Perpustakaan Daerah Provinsi Sumatera Utara sudah melakukan digitalisasi, dimana fasilitas digitalnya telah terintegrasi dan disediakan kepada sekolah-sekolah menengah atas dan menengah kejuruan. Namun baru sekitar 20% dari mereka yang memanfaatkan digitalisasi ini.
“Alhamdulillah sudah mulai terintegrasi di Perpustakaan Daerah Provinsi Sumatera Utara, digitalisasi sudah dilakukan dan sudah ditawarkan. Tadi saya sudah diskusi dengan beberapa staf, dan terungkap bahwa meskipun link, akun, dan password sudah diberikan kepada sekolah-sekolah, baru 20% yang menggunakannya,” kata Ledia Hanifa Amaliah, di Kota Medan, Sumatera Utara, Rabu (7/5/24).
Lebih lanjut, Ledia menyampaikan bahwa, jika digitalisasi ini bisa dimanfaatkan secara maksimal maka akan meminimalisir biaya dan memudahkan siswa sebenarnya mengakses buku-buku.
“Biasanya perpustakaan sekolah itu udah paling pojok, berdebu, enggak ada tempatnya, enggak ada bukunya. Pengadaan buku itu besar biayanya, tapi kalau mereka kemudian mengakses ini bisa meminimalisir biaya dan memudahkan siswa mengakses buku-buku,” ungkapnya.
Ledia juga menyampaikan bahwa, digitalisasi memberikan akses ke buku-buku dalam bahasa asing, termasuk bahasa Inggris, yang sebelumnya sulit dijangkau oleh para siswa.
“Tadi ada siswa-siswa di sini yang kemudian bisa meminjam buku dalam bahasa Inggris, meskipun ditanya bisa bahasa Inggris ya? Terus dibilang sedikit-sedikit. Nah itu saja sudah satu nilai tambah,” tutur Ledia.
Dalam menghadapi tantangan ini, Ledia menekankan pentingnya kolaborasi antara Dinas Pendidikan dan Dinas Perpustakaan untuk mendorong penggunaan sumber daya digital ini.
“Prosesnya adalah bagaimana dorongan dari pemerintah provinsi melalui Dinas Pendidikan, Dinas Perpustakaan mereka berkolaborasi bahwa ada semacam kewajiban bagi guru, bagi siswa yang mengakses tadi link yang diberikan,” tuturnya.
Lebih lanjut, Ledia berharap bahwa penyediaan buku juga bisa diintegrasikan dengan Perpustakaan Nasional, sehingga mengurangi kekhawatiran tentang pengadaan buku fisik dari luar daerah.
“Sehingga tidak harus berpikir bahwa ini mau mendatangkan buku dari mana, nanti yang ada anggarannya adalah bagaimana menghidupkan para penulis-penulis di setempat lokal untuk membuat buku-buku yang literasi yang baik, sehingga mereka tertampung dan itu menjadi kekhasannya provinsi tersebut dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain,” kata Ledia.
Dengan perbaikan sistem dan peningkatan kolaborasi antar dinas, diharapkan bahwa pemanfaatan sumber daya digital di perpustakaan daerah dapat meningkat, memberikan manfaat yang lebih luas bagi dunia pendidikan di Sumatera Utara. (Red/Arif)