oleh

LESTARIKAN BUDAYA DAN KEARIFAN LOKAL, PRAJURIT MAKO LANTAMAL IV BERLATIH TARI ZAPIN

 
  PB|Tanjungpinang Sebagai wujud kepedulian dan keikutsertaan melestarikan budaya melayu dan menjunjung tinggi kearifan lokal, prajurit Mako Lantamal IV dan istri prajurit yang tergabung dalam wadah Jalasenastri Korcab IV DJAB berlatih tari Zapin, Rabu (18/01).
 
Kegiatan yang berlangsung di aula gedung Yos Sudarso Mako Lantamal IV tersebut terlaksana berkat kerjasama Lantamal IV dengan Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRA) Tanjungpinang, dimana instruktur tari didatangkan langsung dari Humas UMRA.
Tari Zapin dalam adat istiadat masyarakat melayu biasanya dapat dijumpai pada perhelatan perkawinan, khitanan, syukuran, pesta desa, sampai peringatan hari besar Islam. Diiringi musik ensemble yang terdiri dari pemain marwas, gendang, suling, biola, akordion, dumbuk, harmonium dan vocal.
 
Gerakan dari tari Zapin mendapat inspirasi dari kegiatan manusia dan alam lingkungan. Beratus tahun tari Zapin hidup dalam kelompok-kelompok kecil masyarakat dan berfungsi sebagai hiburan dan sekaligus penyampaian nasehat-nasehat untuk masyarakat melauli pantun dan syair lagunya.
Pada sesi pertama latihan, para peserta masih tampak kurang luwes dalam mengikuti gerakan tari, namun setelah berulang kali dicoba para peserta mulai menjiwai antara gerak dan alunan lagu melayu yang mengiringinya.
 
Wadan Lantamal IV Kolonel Laut (P) Dwika Tjahya Setiawan yang memantau langsung pelaksanaan latihan perdana tari Zapin ini mengatakan prajurit TNI Angkatan Laut ditengah rutinitas tugas dan tanggungjawabnya juga harus berperan aktif melestarikan dan senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai budaya dan kearifan lokal.
 
“Prajurit Lantamal IV tidak hanya dituntut untuk bisa menembak, berlari, berenang, mendayung dan melakukan kegiatan yang militeristik, namun setiap prajurit harus ikut serta melestarikan budaya bangsa sebagai salah satu wujud nyata kecintaan terhadap keberagaman yang ada di nusantara,” ujar Wadan Lantamal IV.
 
Permasalahan pelestarian tradisi, adat istiadat, dan adanya pendapat yang mengaitkan dengan keagamaan merupakan beberapa faktor yang menyebabkan kurang tumbuh dan berkembangnya jenis tari ini. (Dispen Lantamal IV|red)
Bagikan

Baca Juga