Kendari – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin melakukan kunjungan ke Rumah Sakit Jantung Pembuluh Darah & Otak (RSJPDO) Oputa Yi Koo di Kendari, Sulawesi Tenggara, pada Sabtu (7/12). Dalam kunjungan tersebut, Menkes mengunjungi pasien bedah jantung terbuka pertama yang dilakukan di Provinsi Sulawesi Tenggara oleh tim dokter RSJPDO Oputa Yi Koo, dengan pendampingan tim RSJPD Harapan Kita sebagai Pusat Jantung Nasional.
Dalam kunjungannya, Menkes menekankan pentingnya penanganan cepat untuk penyakit jantung dan stroke. Untuk itu, kemampuan rumah sakit pada setiap provinsi untuk menangani pasien jantung harus terus ditingkatkan.
“Jantung sama stroke itu ada syaratnya kalau kena serangan, itu harus cepat ditangani. Kalau terlambat makin rendah kesempatan untuk selamat. Itu sebabnya kalau kena serangan harus cepat ditangani. Enggak mungkin harus dikirim ke Jakarta kalau kena serangan jantung sama stroke. Harus ditangani secepat mungkin di rumah sakit yang sedekat mungkin dengan yang bersangkutan,” ujar Menkes Budi.
Penyakit jantung merupakan salah satu penyakit katastropik atau penyakit yang mengancam jiwa, membutuhkan perawatan medis dalam jangka waktu panjang, dan membutuhkan biaya pengobatan yang besar. Menurut data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, prevalensi jantung mencapai angka 8,5 dari 1.000 penduduk.
Di Indonesia, saat ini ada 23 provinsi yang mampu melakukan bedah jantung terbuka. RSJPD Oputa Yi Koo di Sulawesi Tenggara menjadi rumah sakit ke 24 yang melakukan layanan bedah jantung terbuka, dengan tindakan operasi perdana pada Jumat (6/12) untuk diagnosis penyumbatan tiga arteri utama, dan operasi kedua pada Sabtu (7/12) untuk diagnosis penyakit jantung koroner.
“Provinsi ke 23 itu Sorong untuk bedah jantung terbuka. Kendari ini provinsi ke 24 untuk bisa operasi by pass. Selamat untuk teman-teman di sini karena itu operasi yang susah,” kata Menkes Budi.
RSJPD Oputa Yi Koo merupakan rumah sakit utama pelayanan jantung di Provinsi Sulawesi Tenggara. RSJPD Oputa Yi Koo ditargetkan mampu memberikan layananan bedah pintas arteri koroner atau by pass jantung.
Produktivitas rata-rata Dokter RSJPD Harapan Kita melakukan operasi bedah terbuka adalah 7,13 tindakan per dokter setiap bulan. Sementara itu, produktivitas rata-rata dari dokter seluruh rumah sakit vertikal dalam melakukan bedah jantung terbuka adalah 2,2 tindakan per dokter setiap bulan. Selain itu, tindakan bedah jantung vaskuler memerlukan waktu tunggu hingga tiga bulan untuk ditangani di RSJPD Harapan Kita.
Perbedaan kapasitas dan waktu tunggu yang cukup lama ini menjadi perhatian Menkes Budi. Untuk itu, Menkes Budi mengupayakan pemerataan layanan rujukan penyakit jantung di seluruh wilayah Indonesia melalui pengembangan jejaring rumah sakit rujukan jantung di seluruh Indonesia.
“By pass itu harus bisa dilakukan di provinsi. Harapan saya, nanti semua kabupaten dan kota sudah bisa pasang ring untuk jantung, dan semua provinsi sudah bisa by pass, jadi rakyat itu nggak usah susah-susah. Nggak usah tunggu lama dan kemungkinan hidupnya juga lebih tinggi,” ujar Menkes Budi.
Melalui program pengembangan jejaring rumah sakit rujukan jantung ini, rumah sakit di setiap provinsi akan ditingkatkan kapasitasnya dalam memberikan program layanan jantung, dengan RSJPD Nasional Harapan Kita sebagai pengampu pelayanan jantung di berbagai rumah sakit di Indonesia.
(Kontributor : Arif)