PB | Jakarta – “Saya bersyukur hikmah Lebaran bahwa Indonesia adalah negara yang paling aman, bagaimana kita meningkatkan kualitas iman dan taqwa serta meningkatkan pengabdian kepada bangsa dan negara, bagi prajurit bagaimana cara kita untuk lebih mendekatkan diri dengan rakyat”. Demikian disampaikan Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo pada acara halal bihalal di Gedung Balai Sudirman, Jakarta Selatan, Rabu, (6/7/2016).
Sebelumnya Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo bersama Kasum TNI, para Asisten Panglima TNI, Kapuspen TNI, Kapusbintal TNI dan anggota TNI-Polri serta masyarakat sekitar melasanakan Sholat Idul Fitri 1437 H di Plaza Mabes TNI, Cilangkap, dengan Khotib DR. KH. Anwar Sanusi. Tema Sholat Idul Fitri 1437 H kali ini “Jadikan Hikmah Idul Fitri 1437 H / 2016 M sebagai sarana peningkatan kualitas iman dan taqwa menumbuhkan semangat kebersamaan hubungan prajurit TNI dengan masyarakat”.
Dalam Khotbahnya DR. KH. Anwar Sanusi mengatakatan, Idul Fitri ini, kita mendengar bukan hanya gemuruh suara takbir yang membesarkan Allah, kita juga mendengar gemuruh perasaan, gemuruh suara kepedihan dan kegembiraan, gemuruh tangis dan tawa karena Ramadhan akan meninggalkan kita.
Lebih lanjut DR. KH. Anwar Sanusi mengatakan, pesan moral Ramadhan adalah perhatian pada fuqoro, masakin dan musthadafien. Idul Fitri telah beberapa kali hadir dalam kejidipan kita, kali ini Id hadir dalam keadaan kita diliputi kecemasan dan keprihatinan, mendung kelabu mengiringi kehidupan kita. Bukankah saat ini banyak saudara-saudara kita yang meninggal dunia sia-sia, karena pertengkaran antar suku dan kelompok. Tak terhitung lagi anak-anak yang sel-sel otaknya rusak, matanya sayu, perutnya lapar, karena gizi yang rendah. Mukadimah Undang-Undang Dasar Negara dan Pancasila sebagai payung-payung yang meneduhkan rupanya belum sungguh-sungguh kita amalkan. Padahal sebagai bangsa dan umat kita yakini bahwa mukadimah UUD dan Pancasila adalah pengejawantahan dari
ajaran agama kita yang agung dan suci.
Jika terjadi nilai-nilai kebenaran terabaikan, anak-anak yatim dan fakir miskin tidak mendapatkan perhatian, masyarakat kecil termaginalkan dalam tafsir Ibn Abbas, maka Allah akan menurunkan tiga azab :
Pertama, dari sesama. Perpecahan antar golongan, serang menyerang dalam keadaan tidak jelas apa yang dipersoalkan, saling membinasakan dan merajalelanya fitnah.
Kedua, dari bawah. Berupa kerusuhan yang terus menerus, perampasan hak-hak yang tidak bertanggung jawab dan penjarahan yang tidak mengenal belas kasihan.
Ketiga, dari atas. Akan terjadi kekejaman dari para elit.
Karenanya mulai hari ini, marilah kita arahkan kehidupan kita kepada Allah dengan cara mengamalkan segala perintah-Nya sambil terus menerus menebar cinta kasih terhadap sesama dan memperbaiki amal sholeh. Betapa banyak manusia yang celaka hidupnya bukan karena kekurangan harta. Bahkan dia berada pada posisi serba kecukupna. Tapi yang membuat dia gagal menemukan dirinya sendiri karena dia gagal mengendalikan hawa nafsunya. Banyak diantara kita melakukan puasa ritual tapi melupakan puasa sosial.
Dalam ibadah puasa ada tiga aspek yang fundamental, yakni mendekatkan diri pada Allah, mensucikan diri dan membangun kesalehan baik individual maupun sosial. Puasasalah satu instrumen untukelatih diri membersihkan jiwa. Allah dengan rahman dan rahim-Nta menyuruh kita untuk melakukan puasa. Mulai dari melaparkan perut, mengeringkan tenggorokan, mengendalikan diri dari kenikmatan sesaat yang disimbolkan dengan seks.
Mengapa puasa kita mulai dari sini, karena kedua daktor ini yang sering membuat manusia tergelincir
sari jalan Allah. Andai sepanjang Ramadhan kita dapat mengendalikan ucapan, pikiran dan imaginasi kita betapa efektifnya Ramadhan untuk mengendalikan diri.
Moment Idul Fitri, moment yang indah untuk menata kembali keluarga, masyarakat dan bangsa. Karena
memang Allah sengaja membuat training massal umat islam melalui puasa Ramadhan untuk bekerja sebelas bulan yang akan datang. Puasa Ramadhan adalah madrasah kehidupan dan latihan, hasilnya bisa kita lihat diluar bulan Ramadhan. Jadikan hasil Ramadhan sebagai modal besar untuk terus membina diri sebagai pribadi-pribadi hamba Allah yang sholihin, muchlasin. “Mari kita arahkan kehidupan kita kepada Allah dengan cara mengamalkan segala perintah-Nya sambil terus menebarkan cinta kasih terhadap sesama serta memperbaiki amal sholeh. Banyak diantara kita melakukan puasa ritual tapi melupakan puasa sosial. Dimana puasa yang kita tidak tampilkan membuat orang terusik hati dan emosinya, karena kita lebih mewah dengan komunitas yang ada dan kita tidak membuat kesenjangan sosial terhadap yang ada disekeliling kita,” pungkas DR. KH. Anwar Sanusi.(puspen tni/red)