PB|Banjarnegara – Ialah Warsini (68) warga Dusun Kroya Rt. 2 Rw. 3 Desa Pasegeran Kecamatan Pandanarum, adalah satu diantara warga desanya yang berprofesi sebagai pengrajin gula aren, seperti Tirah (43) tetangganya di Rt. 4 Rw. 3.
Selain kesibukannya tersebut Warsini juga aktif membantu Satgas TMMD dan warga lainnya dalam merampungkan jalan ekonomi dan pertanian desa sepanjang 1,1 kilometer dalam program TMMD Reguler 102 Banjarnegara, sehingga dirinya dikenal oleh Serda M. Taufik, anggota Satgas TMMD dari Denzibang 1/IV Diponegoro Semarang.
Mendapat lawatan dari salah TNI yang ingin menimba ilmu cara pengolahan gula aren, dengan bangga, Warsini menjelaskan secara singkat.
Cara Pengolahan Nira Menjadi Gula Aren.
Gula aren, atau biasa disebut gula merah, merupakan pemanis yang dibuat dari nira yang berasal dari tandan bunga jantan keluarga Palma seperti pohon enau, kelapa, siwalan dan aren. Setelah mendapatkan bahan mentah berupa nira dari pohon tersebut, nira direbus diatas tungku dalam sebuah wajan/bejana besar. Kayu terbaik untuk memasak berasal dari kayu aren yang sudah tua, sebab kalori ini lebih tinggi dari kayu bakar biasa sehingga proses memasaknya juga lebih cepat. Namun, api juga tidak boleh terlalu besar sampai masuk ke dalam wajan, mencegah api menjilat serta membakar gula yang sedang dimasak. Kalau ini terjadi, maka gula akan hangus dan rasanya pahit.
Gula aren sudah terbentuk bila nira menjadi pekat, berat ketika diaduk dan kalau diambil dari wajan dan di tuangkan kembali, adukan akan putus-putus. Di samping itu, jika Anda tuangkan ke dalam air dingin, cairan pekat ini akan membentuk benang yang tidak putus-putus. Kalau sudah begitu, adonan diangkat dari tungku dan bisa dicetak.
Gula aren adalah alternatif pemanis bagi penderita diabetes dan baik dikonsumsi mereka yang ingin merasakan hidangan manis, namun tanpa takut dengan resiko diabetes mellitus, tentunya melalui pengonsumsian dalam batas wajar. Ini karena kandungan kalorinya yang tergolong rendah, sehingga aman dijadikan sebagai pemanis untuk menghindari risiko penyakit tersebut.
Itulah ilmu yang didapat M. Taufik saat membantu Warsini mengolah nira. TMMD bukan hanya berkah bagi Warsini dan pengrajin gula aren di desa saja, tapi juga bagi M. Taufik, yang juga mengetahui bahwa di beberapa situs jual beli online, gula aren dengan bobot 500 gram ditawarkan dengan harga mulai dari 15 ribu hingga 24 ribu, sementara untuk gula aren dengan bobot 5 kilogram, dijual dengan harga mulai dari 199 ribu rupiah. Warsini dan beberapa warga lainnya rata-rata ,menjual perkilonya dengan harga 10 sampai 12 ribu. Semoga dengan perbaikan akses desa pemasaran gula aren tersebut akan mendatangkan keuntungan yang lebih.(pendim0704|red|noven)