oleh

Inovasi Ini Bikin Putra Bojonegoro Jadi Hero

Bojonegoro, Jawa Timur – Memiliki potensi besar untuk pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) berbasis sinar surya, dengan rata-rata intensitas cahaya 4,8 kWh/m² per hari dan luas wilayah 2.307 km². Selain mendukung target nasional bauran EBT 17-19% pada 2025, pengembangan ini dapat memberikan akses energi bersih yang terjangkau, terutama di wilayah terpencil. Namun produksi sel surya masih melibatkan bahan kimia berbahaya seperti silicon tetrachloride dan timbal, yang berisiko mencemari lingkungan. Senin (27/1)

Alumni Teknik Kimia Universitas Pertamina (UPER) yang adalah putra daerah Bojonegoro, Muhammad Mustofa Bisri, memiliki visi memanfaatkan potensi energi surya di kampung halamannya. Melalui teknologi Perovskit Halida, ia menggunakan gamma-valerolactone (GVL) sebagai pelarut ramah lingkungan dari biomassa, seperti limbah tebu dan singkong. Inovasi ini bertujuan meningkatkan efisiensi panel surya sekaligus mengurangi biaya dan dampak lingkungan teknologi konvensional.

“Dari berbagai jenis pengembangan energi terbarukan, energi surya merupakan salah satu energi yang paling mudah untuk diaplikasikan terutama untuk sektor rumah tangga. Sayangnya ukuran panel surya yang besar dan harganya yang cukup mahal, menjadi alasan orang ragu untuk mengadopsinya. Melalui teknologi Perovskit Halida, pembuatan panel surya jadi lebih terjangkau dan ramah lingkungan,” ujar Bisri.

Perovskit Halida adalah teknologi panel surya berbentuk lembaran tipis yang fleksibel dan dapat disesuaikan dengan berbagai kebutuhan. Teknologi ini juga lebih ramah lingkungan dibandingkan panel surya konvensional.

Dalam produksinya, Perovskit Halida menggunakan gamma-valerolakton (GVL) sebagai pelarut, yang berasal dari bahan alami seperti asam levulinat dan isopropil alkohol. Asam levulinat dibuat dari limbah tumbuhan, seperti batang tebu, singkong, hingga limbah tahu. Sementara isopropil alkohol adalah cairan alkohol dengan senyawa organik.

“Di wilayah saya, pengembangan energi surya sudah mulai diterapkan, terutama di perkantoran. Harapan saya, dengan inovasi pembuatan panel surya yang lebih terjangkau, efisien, dan ramah lingkungan, pemanfaatan energi bersih akan semakin meningkat,” jelas Bisri.

Dengan dukungan dosen Teknik Kimia Universitas Pertamina (UPER), Gede W.P. Adhyaksa, Ph.D., dan Ika D. Widharyanti, Bisri berhasil mengembangkan penelitian berbasis simulasi menggunakan perangkat lunak ASPEN Plus. Penelitian tersebut menunjukkan Perovskite Halida mampu menangkap energi cahaya dengan stabil, mencapai efisiensi konversi daya 26%, setara dengan monokristalin silikon. Temuan inovatif ini bahkan berhasil dipublikasikan di jurnal internasional bereputasi Energy Technology, yang terindeks Scopus, menegaskan kontribusinya dalam pengembangan energi bersih.

Sebagai kampus yang berorientasi pada bisnis dan energi serta tumbuh di lingkungan industri, rektor Universitas Pertamina, Prof. Dr. Ir. Wawan Gunawan A. Kadir MS., IPU., mengapresiasi hasil penelitian kolaborasi antara mahasiswa dan dosen.

“UPER secara konsisten mendukung pengembangan energi bersih sebagai bagian dari komitmen terhadap inovasi berkelanjutan dan solusi atas tantangan global. Dukungan ini diwujudkan melalui berbagai penelitian berkualitas tinggi yang melibatkan kolaborasi antara dosen dan mahasiswa, sebagai bukti nyata peran UPER dalam kontribusi signifikan bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Kami juga bangga bahwa UPER berhasil meraih penghargaan Anugerah Diktiristek 2024 sebagai Institusi Klaster Madya dengan Skor Publikasi Ilmiah Tertinggi sepanjang 2023 dan 2024, yang menegaskan posisi kami sebagai institusi unggul dalam riset dan inovasi,” tutup Prof. Wawan.

Sebagai informasi, saat ini kampus besutan PT Pertamina (Persero) tengah membuka peluang untuk berkuliah di UPER. Bagi calon mahasiswa yang tertarik, dapat mengakses informasi selengkapnya melalui https://pmb.universitaspertamina.ac.id/

(Kontributor : Rafi)

Bagikan

Baca Juga